Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan Pada Masa Hindu-Buddha
Sejarah - Puncak kejayaan maritim nusantara terjadi pada masa kerajaan majapahit (1293-1478). Di bawah pemerintahan raden wijaya dan hayam wuruk yang didampingi patih gajah mada, majapahit berhasil menguasai dan manyatukan nusantara. Pengaruhnya bahkan sampai ke mancanegara, seperti siam, ayuthia, ligor, champa, (kamboja), anam, india, Filipina, dan tiongkok. Kilasan sejarah itu tentunya memberi gambaram, betapa kerajaan-kerajaan di nusantara dahulu mampu menyatukan wilayah nusantara dan disegani bangsa lain. Kerajaan-kerajaan di nusantara telah mampu menciptakan visi maritime sebagai bagian utama dari kemajuan budaya, ekonomi, politik, dan sosial. Selat malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdangangan bagi pedagang yang melintasi Bandar-bandar penting di sekitar semudra hindia dan teluk Persia. Selat itu merupakan jalan laut yang menghubungkan arab dan india di sebelah barat laut nusantara dan dengan tiongkok di sebelah timur laut nusantara. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama ‘jalur sutra’. Dari india barang-barang dagang yang didapatkan dari tongkok akan disalurkan lagi ke eropa. Karena peralihan jalur perdagangan yang menggunakan perairan membuat penduduk nusantara mendapatkan berkah tersendiri. Nusantara yang dilewati kapal-kapal pedangang harus diintegrasikan dalam jalur perdagangan internasional tersebut. Oleh karena itu, selat malaka menjadi gerbang penting bagi perdagangan internasional.
Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional di nusantara, para pedagang tiongkok dan india mulai mengenal barang-barang komoditas nusantara. Barang-barang komoditas nusantara ternyata juga laku di perdagangan internasional. Komoditas penting yang menjadi perdagangan pada saat itu adalah rempah-rempah, seperti kayu manis, cengkih, dan pala. Banyak pedagang tiongkok dan india yang biasanya hanya singgah di malaka mulai masuk lebih jauh ke pedalaman nusantara untuk mendapatkan barang dagangan. Terkadang barang dagangan dari Bandar-bandar di nusantara dikirim ke malaka guna dibawa oleh para pedagang nusantara juga banyak yang berdagang ke tiongkok dan india. Sejak saat itu jaringan dagang dan jaringan budaya antarkepulauan Indonesia terhubung dengan jaringan ekonomi dunia.
A. Penguasaan Perairan Masa Sriwijaya
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahai yang pernah berdiri di pulau Sumatra dan banyak member pengaruh di nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari kamboja, Thailand selatan, semenanjung Malaya, Sumatra, jawa, dan pesisir Kalimantan.
Di dunia perdagangan, sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara india dan tiongkok, yakni dengan penguasaan atas selat malaka dan selat sunda. Orang arab mencatat bahwa sriwijaya memiliki aneka komoditas, seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkih, pala, kapulaga, gading, emas, dan timah. Semua komoditas tersebut membuat raja sriwijaya sekaya raja-raja di india. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di seluruh asia tenggara.
Dengan berperan sebagai pelabuhan utama di asia tenggara dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari kaisar tiongkok untuk dapat berdagang dengannya, sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasai urat nadi pelayaran antara tiongkok dan india.
Berdasarkan alas an itulah sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan pesaing di kerajaa tetangga. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan Bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala sriwijaya. Bandar malayu di jambi, kota kapur di pulau Bangka, tarumanegara dan pelabuhan sunda di jawa barat, kalingga di jawa tengah, dan Bandar kedah dan chaiya di semenanjung melaya adalah beberapa contoh Bandar pelabuhan yang ditaklukkan dan diserap ke dalam lingkup pengaruh sriwijaya.
Kejayaan bahari sriwijaya terekam di relief candi Borobudur, yaitu menggambarkan kapal kayu bercandik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan nusantara sekitazr abad ke-8 masehi. Candik ganda adalah cirri khas perahu bangsa Austronesia.
B. Penguasaan Perairan Masa Majapahit.
Majapahit merupakan kerajaan agraris sekaligus perdagangan yang sangat besar. Majapapahit bias pula disebut sebagai kerajaan agraris maritime. Kekuatan majapahit sebagai kerajaan agraris maritime bias dilihat pada peninggalan candi-candi, baik di jawa timur maupun di jawa tengah. Menurut prapto saptono, arkeolog yang pernah bertugas di bp3 jatim lulusan universitas gajah mada yang kini tinggal di jombang, jawa timur menjelaskan bahwa jalur perdagangan majapahit tidak saja didukung oleh kapal-kapal yang besar. Majapahit juga memiliki armada laut yang kuat sehingga sangat berkuasa dalam mengamankan jalur perdagangan di laut utara yang banyak dilalui dan disinggahi Negara lain.
Catatan wang ta-yuan, pedagang tiongkok menyebutkan bahwa komoditas ekspor jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua, sedangkan komoditas imprnya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga.
Kemakmuran mahapahit diduga karena dua faktor berikut.
a. Faktor pertama, yaitu lembah sungai brantas dari bengawan solo di dataran rendah jawa timur utara yang sangat cocok untuk pertanian pagi. Pada masa jayanya, majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi yang sebagian dengan dukungan pemerintah.
b. Faktor kedua, pelabuhan-pelabuhan majapahit di pantai utara jawa berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah dari Maluku. Dari perdagangan ini, majapahit juga mendapatkan pajak.
Berdasarkan sumber babad lasem dan lokasi geografis majapahit, dapat diperoleh gambaran bahwa majapahit memang memerlukan junk-junk perang yang mungkin ukurannya lebih kecil, tetapi mempunyai kelincahan yang tinggi. Junk-junk perang ini diperlukan untuk mengamankan perairan majapahit di laut jawa dan pelabuhan-pelabuhannya di pantai utara jawa, seperti lasem, tuban (kambangputih), sidhayu (sedayu), gresik, Surabhaya (surabaya), dan canggu. Mengenai bentuk, apalagi teknologinya belum dapat diketahui dengan pasti karena hingga kini belum pernah ditemukan bukti runtuhannya.
Dari kedua contoh penguasaan perairan oleh sriwijaya dan pajapahit lambat laun membentuk jaringan antardaerah. Daerah-daerah yang tidak dikenal dan kerajaan-kerajaan kecil yang sebenarnya menghasilkan komoditas perdagangan mulai mendapat perhatian. Di daerah-daerah penghasil komoditas mulai dibangun pelabuhan-pelabuhan kecil. Komoditas dari daerah kemudian dikirim ke pelabuhan-pelabuhan besar yang menjadi pusat perdagangan. Pedagang luar negeri dapat mudah mendapatkan barang dagangan yang diinginkan di pelabuhan besar.
Akhirnya berkembang jaringan perdagangan dan pengawasan yang berada di nusantara. Jaringan saling menguntungkan. Keuntungan penguasa pusat pendapat pengakuan sebagai penguasa, pajak atau upeti yang masuk ke kerajaan, dan suplai barang dagangan yang diperlukan untuk meramaikan pelabuhan dalam perdagangan internasional. Kerajaan kecil atau daerah kekuasaan mendapat keuntungan berupa perlindungan, keamanan, kebanggaan karena menjadi bagian kekuasaan yang besar, dan tentu saja dapat memasarkan hasil alamnya.
No comments